Di balik kelezatan kerupuk, keripik dan makanan renyah lain nya..

Rengginang & Kerupuk Mawar

Siapa yang tidak suka makan kerupuk? Kudapan yang satu ini sering menjadi pelengkap makanan maupun makanan selingan atau snack.

Di balik bunyi renyah nya kerupuk, terungkap keistimewaan yang mengejutkan. Kombinasi antara sensasi renyah yang unik dan keberagaman rasa yang tersembunyi menjadikan kerupuk sebagai bagian tak terpisahkan dari kuliner kita.

Makan kerupuk bisa memberikan sensasi yang unik dan dapat memengaruhi emosi dan jiwa kita. Terkadang kita berpikir bahwa indera penglihatan, penciuman dan pengecap lebih dominan dalam memengaruhi pengalaman makan. Memang benar, tetapi indera pendengaran juga turut berperan penting.

Penelitian oleh Charles Spence dari Oxford University menyoroti bahwa suara makanan dapat memengaruhi penilaian rasa makanan. Otak mencoba menyatukan respons dari berbagai indera, termasuk pendengaran, untuk membentuk penilaian holistik terhadap rasa makanan.

Seorang ahli ilmu pangan dan peneliti di bidang sensori pangan dari Universitas Leeds di Inggris, Malcolm Povey mengemukakan bahwa makanan memiliki cara berbicara yang unik kepada kita, dan secara alami, kita memahami pesan yang disampaikan oleh makanan melalui pengalaman sensorik yang diinterpretasikan oleh telinga dan mulut kita. Suara ini dapat memberikan kesan enak pada rasa makanan, menjadi penilaian terhadap tekstur dan kualitasnya. Dengan kata lain, makanan berkomunikasi dengan kita melalui tekstur yang dirasakan saat menggigit dan mengunyah, memberikan informasi penting tentang karakteristik dan kualitas makanan tersebut. Sebagai contoh, suara Kriuk! Kres! saat menikmati kerupuk, keripik, atau ayam goreng tepung dapat meningkatkan rasa lezat terhadap makanan tersebut.

Selain itu, keripik dapat memberikan efek gembira pada mood. Gula, garam dan lemak dalam keripik dapat memicu pelepasan hormon endorfin yang dapat meningkatkan perasaan bahagia untuk sementara waktu. Sensasi ini dapat membuat pengalaman makan lebih memuaskan dan memicu respon positif.

Di Indonesia kerupuk telah di kenal sejak abad ke-10 Masehi yang tertulis dalam naskah Jawa kuno. Kerupuk sudah menjadi makanan pendamping untuk masyarakat kuno pada saat itu, salah satu kerupuk yang paling tua dan sudah lama dikonsumsi adalah kerupuk rambak yang berasal dari tanah Jawa. Dulunya dibuat sebagai makanan yang memanfaatkan kulit sapi atau kerbau.

Namun berbeda dengan kerupuk aci, kerupuk ini dibuat karena banyaknya produksi singkong di tanah Jawa pada abad ke-19.

Sejalan dengan berkembang nya waktu, sekarang kita bisa menikmati berbagai jenis kerupuk dan keripik yang terbuat dari bahan lain selain singkong dan rambak, seperti kerupuk udang yang menggunakan udang, kerupuk ikan yang menggunakan ikan, emping yang terbuat dari buah melinjo, dan bahkan yang terbuat dari buah-buahan seperti keripik apel Malang, keripik nangka, keripik salak dan masih banyak lagi.

Kerupuk selain dijadikan makanan pendamping seperti gado-gado, asinan, soto, dan makanan lain nya, kadang menjadi alternatif cemilan seperti misal nya gendar, rengginang dan aneka keripik yang terbuah dari buah-buahan.

Meskipun makan keripik dapat memberikan sensasi positif, penting untuk diingat untuk mengonsumsinya dengan bijak. Kesehatan secara keseluruhan lebih penting, dan konsumsi berlebihan makanan yang tinggi lemak dan garam dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan. Selalu penting untuk menjaga keseimbangan dalam pola makan dan mengonsumsi makanan yang mendukung kesehatan tubuh dan pikiran.

https://medium.com/@riamusiawan/di-balik-kelezatan-kerupuk-keripik-dan-makanan-renyah-lain-nya-bd0847679a58

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *